Hujan Bulan Juni Akhir

Cerita petir dan sepotong puisinya

IDEN
2 min readJun 28, 2024

tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni. dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu. (Sapardi Djoko Damono)

Sepotong senja bulan Juni (iden)

Siapa yang menyangka Juni bisa hujan sederas kemarin. Disangkanya hujan bulan Juni ini akan seromantis puisi Pak Sapardi. Kenyataannya, ia datang bersama petir dan suara gemuruhnya.
Kirain hujan bulan Juni akan turun pelan-pelan untuk menyegarkan hati di tengah gersang yang mulai menyerang.
Hujan deras datang, beberapa tempat kaget dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Selokan meluap, banjir tak dapat ditahan.
Tapi ya karena datangnya di bulan Juni, hujan jadi terasa istimewa. Ada perasaan lain yang dihadirkan ke hadapan seiring kedatangannya. Walau deras dan petir yang menggelegar, ya tetap saja ia hujan bulan Juni.
Tetap saja selalu ada sisipan Pak Sapardi dalam setiap tetes air yang turunnya. Yaitu tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni. dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu.
Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu. Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni. Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu.
Lalu musikalisasi puisi hujan bulan Juni pun mengalun masuk ke dalam hati lewat Ari Reda.
Selamat menikmati hujan bulan Juni akhir menjelang hadirnya Juli.

https://youtu.be/9UFGHo1wvF0?si=mnygM0Ewu4kbyJOS

--

--