Mahalnya Kegiatan Bermakna
Keep only those things that speak to your heart. Then take the plunge and discard all the rest. By doing this, you can reset your life and embark on a new lifestyle. (Marie Kondo)
Saya tidak hendak menggeneralisasi setiap orang di setiap tempat. Ini hanya bagian kecil dari refleksi saya atas kejadian-kejadian kecil yang ditemui di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di kafe, dan di tempat-tempat yang memungkinkan saya bisa mengamati.
Ketika gempuran teknologi makin gencar, kemajuan hadir di segala bidang. Ada yang berpendapat bahwa kemajuan ini akan menjadi tonggak baru dalam sejarah. Salah satu contohnya kehadiran kecerdasan artifisial yang akan membantu manusia dalam membuat keputusan. Banyak yang merasa terbantu dengan kecerdasan artifisial ini. Misalnya desainer, penulis, content creator, bahkan ibu rumah tangga.
Namun di sisi yang lain, para desainer, penulis, content creator, dan yang bergerak di bidang jasa lainnya tetap waswas dengan kecerdasan artifisial ini. Seolah mereka ini akan menggantikan perannya dalam bekerja. Dimana tinggal klik, masukan kata kunci, lalu tinggal tunggu hasilnya. Tak perlu waktu lama karena dalam sekejap semua pekerjaan bisa dilakukan.
Perlu diwaspadai juga ketika keputusan manusia diganti kecerdasan artifisial, manusia akan semakin tergantung kepadanya dan secara perlahan manusia akan kehilangan kemanusiaannya.
Pekerjaan Bermakna
Salah satu point penting tentang pekerjaan bermakna ini saya dapatkan dari guru saya. Ketika ia berbicara pendidikan anak di usia dini, guru (dan juga orang tua) mesti terbiasa melakukan hal yang bermakna. Pekerjaan bermakna guru di sekolah dan orang tua di rumah akan diimitasi oleh anak-anak.
Pekerjaan bermakna yang diimitasi oleh anak-anak akan terus menempel dalam kesadaran anak-anak sampai lama. Anak-anak akan melihat bahwa pekerjaan orang dewasa adalah pekerjaan yang bermakna yang memiliki nilai dan fungsi bagi dunia ini.
Pekerjaan bermakna bisa saja bukan sebuah pekerjaan besar. Pekerjaan itu bisa berbentuk sebuah kegiatan rutin yang dilakukan berulang-ulang seperti menyapu rumah dan halaman, mencuci piring dan gelas yang kotor, merapikan taman, membersihkan alat-alat berkebun setelah digunakan.
Namanya kegiatan bermakna berarti kegiatan yang dilakukan dengan penuh kesadaran. Sebaliknya kegiatan tak bermakna bisa menjadi rintangan bagi proses belajar anak-anak.
Contohnya adalah leyehan sepanjang hari, bermalas-malasan tanpa ujung, memegang handphone dalam jangka waktu yang lama, menonton televisi berjam-jam, dan masih banyak lagi kegiatan tak bermakna yang membuat waktu terbuang sia-sia.
Sekali lagi ini bukan untuk menggeneralisasi sebuah kegiatan. Ini hanya refleksi tentang kegiatan bermakna yang makin hari makin terasa mahal. Saya melihat penting untuk selalu melihat sisi lain. Bisa jadi karena kegiatan bermakna itu berat naka di sana ada banyak kebaikan yang terselip. Kita hanya tak mampu melihatnya atau mengkajinya secara detail sehingga melupakan begitu saja setiap kegiatan bermakna yang ada di depan mata kita.
Tetap hadirkan kegiatan-kegiatan bermakna setiap hari sebelum kegiatan-kegiatan bermakna tersebut menjadi mahal dan langka.