“Hard times create strong men, strong men create good times, good times create weak men, and weak men create hard times.”
Tidak ada yang senang dengan hari-hari berat dalam hidupnya. Tak seorang pun yang menginginkan selalu berada dalam tantangan hari yang tak mudah. Rasanya semua ingin melewati hari dengan ringan, nyaman, dan tanpa beban siang yang dibawa sampai malam.
Sayangnya, tidak semua inginnya manusia bisa berjalan sedemikian adanya. Selalu ada rintangan yang datang, selalu ada belokan yang mesti menurunkan kecepatan. Atau selalu ada tanjakan yang mesti menguatkan kembali kaki-kaki agar kuat menempuhnya.
Seorang teman pernah berkata bahwa tidak ada kondisi darurat jika kita bersiap setiap saat. Keadaan darurat terjadi karena kita kaget atas apa yang terjadi secara mendadak. Dengan berlatih menghadapi keadaan darurat setiap hari, kita seperti mempersiapkan diri menghadapi keadaan darurat yang sebenarnya. Kita tak pernah tahu kapan datangnya keadaan darurat. Seperti kita tak pernah tahu kapan datangnya bencana alam. Gunung meletus, longsor, banjir, dan segala jenis bencana lainnya.
Mempersiapkan diri menghadapi ketidaknyamanannya, ketidakpastian, dan hal menantang lainnya yang datang secara tak terduga bisa layaknya bersiap diri menghadapi keadaan darurat bencana. Hanya dengan berlatih setiap hari menghadapinya, diri ini akan siap dalam segala kondisi. Bukan menjadi sekadar terlatih tapi juga rajin berlatih.
Kenyataannya dunia ini tempat belajar. Belajar akan menjadi terasa bermakna ketika direfleksikan ke dalam. Segala yang terjadi di luar adalah jembatan untuk mendapatkan pelajaran. Ada yang pernah menuliskan bahwa bedanya belajar ketika sekolah dengan setelah sekolah di dunia nyata adalah waktu ujiannya. Ketika sekolah, belajar dulu baru ujian. Sementara di kehidupan, ujian dulu belajar.
Bisa jadi hal berat yang mesti dilewati adalah ujian-ujian yang datang untuk mengetes diri. Tentang kesiapan, tentang kelegaan, tentang penerimaan, tentang keluasan hati menerima dan juga melepaskan.