August Slipped Away In A Moment Of Time
“But I can see us lost in the memory, August slipped away in a moment of time…” – Taylor Swift
Surat ini ditujukan untukmu, Agustus yang sebentar lagi pergi. Pergi meninggalkan kenangan yang pernah menghiasi hari-hariku. Ada hujan yang turun beberapa tetes saja ketika engkau lewat. Cukup untuk membasahi dahaga yang tak pernah usai. Dahaga akan kehadiran dirimu di sisiku.
Sebelum pergi, bulan purnama biru seolah menjadi penutup yang indah. Dipelukan malam yang dingin ia tetap bersinar. Sekilas tak kelihatan bahwa itu adalah bulan purnama biru. Tapi jika diamati lebih dalam, kebiruanmu akan tampak menghiasi malam.
Aku selalu terpesona dengan Agustus. Gak pernah ada yang bisa menghilangkan pesona hadirmu. Membawa banyak kebaikan bagi sekitar. Menebar semangat dan keceriaan yang tak mudah sirna.
Ada yang hadir lalu berdiam diri, ada yang datang dan menyelinap di sela-sela hati untuk bersemayam bukan sehari dua hari saja. Bisa jadi setahun, dua tahun, bahkan selamanya.
Tak mudah kuhilangkan begitu saja arti hadirmu. Tak mungkin juga ia lewat begitu saja. Jika bukan menjadi kenangan, mungkin jadi pelajaran. Dan ketahuilah bahwa kenangan dan pelajaran ini sangat penting bagiku.
Selamat jalan Agustus. Sampai bertemu kembali.
“In August, the large masses of berries, which, when in flower, had attracted many wild bees, gradually assumed their bright velvety crimson hue, and by their weight again bent down and broke their tender limbs.” ―Henry David Thoreau