Hujan turun deras sekali, sakit hati yang teramat sangat tak dirasanya. Ia berlari dan terus berlari. Derai air mata yang turun sederas air hujan terus membasahi pipinya. Basah yang tidak ia rasakan. Sekujur tubuhnya kini sudah kuyup. Ia tak perdulikan semuanya. Ia ingin pergi sejauh-jauhnya.
Tersebutlah di sebuah kampung di tengah-tengah perkebunan teh. Di bangku sebuah warung, dua orang manusia terjebak dalam perasaan tak menentu. Tak ada kehangatan yang biasa muncul di antara keduanya. Sepi dan kehidupan seolah terhenti detik itu.
Sore tak biasa, titik-titik air hujan sudah turun sejak pagi. Matahari tak muncul diganti dengan gerimis dan embusan angin gunung yang dingin menusuk kulit. Para pemetik teh berjalan beriringan pulang ke rumah masing-masing menjadi pemandangan penghias sore.
Sore itu, di warung di sebuah meja yang dipayungi atap rumbia, dua orang sedang terjebak dalam perasaan yang tak menentu. Ada kebekuan di antara keduanya. Dingin di luar sedingin hati mereka berdua. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut mereka.
Hujan perlahan berganti, rintik berubah deras. Perempuan tak kuat menahan air mata yang sedari tadi ia tahan. Tak kuat menahan sakit yang muncul begitu saja mengiris perasaannya. Ia berlari ke jalan kampung menuju rumahnya. Berlari meninggalkan lelaki yang terdiam membisu. Perempuan itu tak bisa lagi bersama dengan lelaki yang selama ini ia banggakan. Oh bersyukurnya ia dipeluk derasnya hujan. Hujan menyelamatkan dirinya. Hujan menyamarkan tangisannya. Derai air matanya saru oleh rintik yang turun. Petir menyamarkan isakannya. Ia terus berlari meninggalkan semua kenangan.
Hujan menghapus duka. Hujan melunturkan kenangan indah yang pernah ia lewati. Hujan kini terasa menjadi obat sekaligus pisau tajam yang mengiris kenangan bersama lelaki yang meninggalkannya.
Berbeda dengan perempuan yang terus berlari menghindari, lelaki terdiam membisu. Setetes air turun melewati sudut mata. Tak bisa lagi membohongi hati kecilnya. Masih ada rasa yang terus melekat. Rasa yang pernah mengisi hari-hari dengan indah. Rasa pada perempuan yang biasa membayanginya setiap saat. Tetapi kini rasa itu menjadi hampa. Melayang jauh tak tentu arah. Wujud dan rupa yang membayang kini harus ia lupakan. Ia harus memilih rasa lain untuk mengisi hari-harinya. Rasa yang berbeda agar kenangan bersama perempuan yang menangis tersedu di antara hujan itu tetap tersimpan rapat dalam semesta hatinya.